INDUSTRI MUSIK KAPITALIS!



Begitu banyak band-band baru yang sukses di jalur ‘mainstream’ saat ini, semakin banyak pula jenis sound dan musik yang seragam, kesuksesan yang mereka raih tak lebih dari hasil usaha menyamai artis yang lainnya, bahkan salah satu band ada yang hampir meniru persis lagu-lagu dari band luar, dan kondisi tersebut menjadi sangat besar dan luas ketika seorang penyanyi dari salah satu label terdengar sangat identik dengan penyanyi dari label yang lain, dua label yang berbeda namun produknya sama persis, sebuah mentalitas yang seharga makanan emperan.

Seni memang sangat sulit untuk diciptakan, dan hasilnya para artis rajin mengadaptasi dari artis-artis lainnya, para penjual dalam industri musik ini pun saling mengkopi atau mengambil strategi pemasaran dari penjual lainnya. Si artis dan si penjual ini kemudian membentuk suatu pertalian dan kesenangan sendiri yang MENGHANCURKAN keinginan mereka untuk membuat sesuatu yang baru. Hasilnya adalah minimnya keragaman dalam jenis musik yang pada akhirnya membuat para pecinta musik tidak mempunyai banyak pilihan, menyukai band itu dan menjadi pembeli salah satu musik yang diberikan kepadanya atau berhenti untuk mendengarkannya, sebagian besar akan memilih pilihan yang pertama.
Kondisi seperti ini akan terjadi secara terus menerus dalam industri musik, meminjam analogi dari ilmu biologi tentang SELEKSI ALAM, yang artinya bahwa setiap mahluk hidup harus dapat beradaptasi atau mereka akan punah. industri musik berkembang sama seperti mahluk hidup berkembang, aplikasi seleksi alam dalam bisnis musik, suatu band juga harus menjual rekamannya (sebagai suatu bentuk dari adaptasi tersebut) atau mereka akan tersingkir (sebagai suatu bentuk kepunahan).

Munculnya para artis/seniman di masa depan sangat ditentukan oleh artis yang yang eksis pada saat ini. Inspirasi berjalan secara turun temurun, maka pertanyaan yang timbul dalam industri musik sama dengan pertanyaan besar dalam Biologi modern : “Bagaimana kita memelihara dan mempertahankan keragaman?” apabila kita melanjutkan menghilangkan habitat alam dan meratakannya dengan dataran kota atau lahan pertanian, kita akan menyebabkan kepunahan dari banyak mahluk hidup karena mereka tidak dapat beradaptasi terhadap kerusakan yang terjadi secara cepat. Hasilnya : sangat sedikit jenis dari orgasme dari evolusi pada masa datang. Hal yang sama berlaku pada musik. Apabila perusahaan rekaman (label) hanya mengkopi dari tiap daftar artis-artis tadi dan mengabaikan band dan artis yang unik secara kualitas, maka akan terjadi suatu tindakan yang membatasi jenis artistik yang tersedia dalam dekade pada masa yang akan datang. Dan sialnya, Industri musik kapitalis/mainstream selalu mengukur kualitas dengan cara yang salah, yaitu dengan faktor profit dan bukan berdasarkan dorongan emosi dan intelektual. Industri musik yang MENENTUKAN apa yang akan PUBLIK dengarkan melalui “penyeleksian yang tidak natural” tanpa adanya suatu penetapan kualitas standar dan (sekali lagi) mereka hanya mementingkan berapa banyak uang yang akan dihasilkan dari seorang artis.

Band yang kurang populer pun berhak untuk ditopang dan didorong. Nilai mereka seharusnya diukur dengan memproyeksikan pengaruh mereka kedepan, ke dalam masa depan, dan bukan dengan mengkalkulasikan pendapatan tahun kemarin dan berapa banyak kerugian dalam rekening. Kita membutuhkan sosok eksekutif label yang mau mengangkat kepalanya dan mengatakan “ini musik yang bagus, ini kualitasnya buruk. Ini punya integritas dan yang ini terang-terangan rip-off!” para artis dan seniman butuh untuk diberitahu saat dimana musik mereka sama seperti orang lain. Itu sangat membentuk mereka untuk menyadari apa yang unik dari mereka sendiri. Hal tersebut membantu mereka untuk berkembang. Dan mereka harus terus diberikan pendidikan. Mengapa? Karena mereka tidak membutuhkan tekanan dari label mereka untuk memberikan/menghasilkan uang secara terus-menerus kepada label mereka, sementara mereka berusaha keras bermain dan berharap untuk mendapatkan suatu kesuksesan. Ini bukanlah suatu perkembangan yang nyata, Setahap demi setahap industri musik kapitalis menimbulkan kelemahan dalam masyarakat kita. Kebenaran yang tidak dapat disangkal ini, adalah sama seperti dalam politik : Apabila industri musik menawarkan kepada publik ngga lain hanya bersifat biasa-biasa saja, maka itu akan membentuk dan menciptakan orang-orang yang Medioker (a.k.a orang yang berpikir setengah-setengah).

Lalu Bagaimana dengan kalian? apa selera musik kamu memang sudah berdasarkan keinginan kamu sendiri?? atau kamu tidak punya banyak pilihan dalam menikmati musik?? Jika ya, Cobalah sedikit luangkan waktu untuk mencari informasi band-band diluar mainstream, mereka yang eksis di jalur indie banyak yang mempunyai kualitas yang bahkan lebih bagus dari band-band top40 saat ini, jika saya review satu-satu mungkin terlalu banyak, namun yang pasti keberadaan mereka tidak akan pernah muncul di televisi dan radio-radio, jadi mulai saat ini matikanlah televisi dan radio kamu!!mulailah mencari musik yang baik sebelum isi kepala kamu semakin disesaki musik-musik miskin inovasi!! (nas)

*Sebagian disadur dari tulisan Greg Graffin yang berjudul “Fast Food and Music Industry”.

0 komentar:

Posting Komentar