catatan seorang stand guide bazzar buku murah (telat posting!)



10 hari terakhir yang sangat melelahkan! Bekerja paruh waktu sebagai stand guide di acara bazzar buku murah yang diadakan oleh salah satu perusahaan penerbit ternama dari kota kembang, profesi yang bagi saya sangat melelahkan secara fisik, mental dan finansial, menguras keringat, memeras otak sekaligus menguras isi dompet sampai pada level paling fatal! karena setelah dipikir-pikir saya lebih banyak melayani diri saya sendiri daripada orang lain, memaksakan kehendak membeli buku-buku dan menjadi salah satu konsumen yang konsumtif selama bazzar berlangsung. Meskipun dalam hati saya selalu mengecam mahalnya harga buku yang ingin saya beli tapi dengan senang hati saya selalu bisa memaksakan diri dan menyisihkan uang untuk membeli buku tersebut, tentunya demi memanjakan otak dan memperbanyak wawasan.
Dalam kegiatan yang berlangsung selama 10 hari itu banyak hal baru yang saya temui dan saya jadikan pelajaran, diantaranya adalah tentang bagaimana melayani konsumen yang berbeda-beda watak, tentang loyalitas yang harus selalu dijungjung tinggi dalam sebuah pekerjaan dan terakhir Tentang Bagaimana Suatu Perusaahan Menggeruk Keuntungan Sebesar-Besarnya Dengan Modal Yang Sekecil-Kecilnya tanpa mengedapankan cara-cara yang –bisa dikatakan– kurang adil dalam hal kerjasama dengan pihak Masjid Agung!

Kegiatan ini berawal dari tawaran kerjasama ‘saling menguntungkan’ antara penerbit MIZAN Bandung dengan perpustakaan masjid Agung Garut, keduanya sepakat untuk saling membantu dan mendukung demi kelancaran acara Bazzar buku murah yang langsung ditangani oleh pihak MIZAN dan acara Seminar kepenulisan serta lomba mewarnai dan menggambar yang ditangani oleh pihak perpustakaan, singkat kata, dari beberapa kesepakatan yang telah disetujui sebelumnya saya pikir memang cukup adil, tapi ternyata, setelah saya mengetahui total penjualan dari kegiatan bazzar sebesar 40 juta lebih dengan rata-rata 4 juta per hari saya mulai merasa sedikit kecewa, baik dengan pihak MIZAN maupun dengan pihak Masjid Agung, disatu sisi Masjid Agung sedang membutuhkan banyak dana untuk memperbaiki berbagai fasilitas yang kurang memadai tapi disisi lain belum bisa memaksimalkan pemasukan dari setiap kerjasama dengan pihak yang ingin memakai fasilitas Masjid.

Bandingkan sendiri, untuk akad nikah saja yang dilaksanakan didalam area Masjid rata-rata memberi infaq sekitar 300 ribu (tentunya 1 hari), sedangkan untuk kegiatan yang bersifat bisnis/komersil, pihak MIZAN hanya memberi 500 ribu untuk 10 hari! jadi jelas, Pihak DKM Masjid dalam hal ini saya pikir kurang jeli dalam menentukan keputusannya, sehingga yang terjadi adalah membiarkan orang lain menggeruk uang dari fasilitas masjid yang sedang merintih kesakitan, meskipun tidak hanya infaq yang diterima pihak Masjid Agung tapi tetap saja saya rasa harus ada keberanian sikap dalam bertindak, karena kegiatan bazzar buku bukan acara amal. Sedangkan pihak MIZAN sendiri harusnya bisa lebih terbuka dalam hal kerjasama seperti memberitahukan target penjualan kepada pihak DKM Masjid Agung sebelum kegiatan dimulai, dan berusaha untuk membuat kontraprestasi (kesepakatan) yang saling menguntungkan diantara keduabelah pihak*.

*tulisan ini bukan merupakan ketidaksenangan saya dengan orang yang mewakili pihak MIZAN, untuk kang Iman dan kang Yosef semoga tali silaturahmi kita bisa terus berlanjut.

0 komentar:

Posting Komentar