Studi Banding (tidak berimbang) antara kepemimpinan Umar bin Abdil Aziz dan SBY!



Siapakah yang tidak mengetahui sejarah kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdil Azis ?? Seorang pemimpin Islam yang berhasil dalam memimpin negara dan masyarakat dalam bentuk yang seindah-indahnya setelah kurun Nabi Muhammad saw dan Khulafaur Rasyidin ?? Bagi kalian yang belum tahu, tulisan ini merupakan solusi untuk mencuci dosa-dosa kalian dimasa lalu karena terlalu malas membaca sejarah ke-Islam-an. :) lupakan saja prestasi yang diklaim dan dibanggakan SBY semasa dia berkuasa, karena meskipun itu fakta masih belum apa-apanya jika dibandingkan dengan sepak terjang Umar bin Abdil Aziz yang telah mewujudkan kemakmuran, kerukunan dan kedamaian lahir batin dalam masa yang sangat singkat, hanya 2,5 tahun !! sedangkan SBY hanya membuang-buang 4 tahun masa jabatannya dengan tidak membuat perubahan apa-apa dan kembali menipu rakyat mentah-mentah dengan pencitraan dirinya melalui berbagai macam cara dan bentuk sesuai petunjuk-petunjuk Machiavelli (pendiri ilmu politik modern) yang sesat dan amoral. Kalian harus meyakini bahwa Politik pencitraan yang menjadi senjata SBY telah membungkus rapi keburukan yang kemudian menjadi sosok yang kelihatan baik, dan yang gagal menjadi berhasil!
Studi banding!
Umar bin Abdil Aziz dan SBY sangat berbeda bagai siang dan malam dan jauh bagaikan bumi dan langit, meski keduanya sama-sama manusia dan hamba Allah dan sama-sama menempati posisi puncak kepemimpinan disaat keadaan yang rusak parah seperti sekarang, tapi yang membedakannya (selain sistem pemerintahan tentu saja) adalah keimanan dan ketaqwaannya! Kita pasti sudah tahu jika sebelumnya SBY sangat ambisius untuk mencalonkan diri menjadi presiden, sedangkan Umar bin Abdil Aziz pada saat itu jauh-jauh hari menyatakan tidak ingin jika dirinya dipanggil dan menggantikan Khalifah yang pada saat itu kebetulan sedang sekarat.
Tapi nasib berkata lain, ketika wasiat dari Khalifah terdahulu yang sudah meninggal diumumkan mengatakan bahwa Umar bin Abdil Aziz lah yang berhak menjadi Khalifah berikutnya, seketika itu Umar bin Abdil Aziz yang mendengar isi wasiat itu merasa terkejut sedemikian rupa dan ia pun Istirja’ mengucapkan : Inna Lillahi wa ilaihi Raji’uun selaku orang yang merasa mendapat musibah, dan bukan rahmat. Meski sempat berdalih bahwa tidaklah sah dirinya menjadi Khalifah atas wasiat Khalifah terdahulu tapi setelah dilaksanakan musyawarah dengan rakyat, Umar bin Abdil Aziz tetap diminta untuk menjadi pemimpin mereka dan akhirnya Ia pun menerima jabatan Khilafah yang amat berat dan membuat ia menangis setelahnya karena takut pada suatu saat ada orang yang menderita dibawah kepemimpinannya lalu ia tidak bisa memberikan keterangan hujjahnya ketika ditanyai dan diminta pertanggungjawaban didepan Allah SWT pada hari kiamat kelak.
Acara pelantikan-nya?? jelas sangat sederhana, tak ada biaya sebesar yang dikeluarkan untuk melantik SBY ataupun para wakil rakyat yang menghabiskan puluhan MILYAR! bahkan sebaliknya Umar bin Abdil Aziz setelah resmi menjadi Khilafah memberikan hampir seluruh hartanya ke Baitul Mal, termasuk kendaraan khusus untuk Khalifah. Ia lebih memilih hidup sederhana bersama keluarganya, hidup yang penuh dengan perjuangan bathin selaku pejabat yang shaleh, hidup suci, zuhud dan wara’ serta taqwa kepada Tuhan. Karena ia begitu sadar bahwa sebelum memulai perubahan-perubahan pada orang lain harus merubah dulu pribadinya sendiri sesuai sabda Nabi Muhammad s.a.w yang berbunyi :”Mulailah dari dirimu sendiri!”
Kebijakan-kebijakan selama pemerintahan
Kebijakan pertama setelah Umar bin abdil Azis diangkat menjadi khalifah adalah mengembalikan harta benda termasuk tanah yang sebelumnya dirampas oleh kalangan Bani Umayyah untuk diberikan kepada segelintir orang yang berkuasa sebelum beliau. Dan ini sangatlah kontras dengan kebijakan SBY yang selalu tunduk pada kelompok borjuis dan pemodal. Sehingga feodalisme merajalela dimana-mana, tak jarang penggusuran atau perampasan tanah rakyat sering dilakukan oleh pemerintah, bahkan privatisasi terhadap aset-aset BUMN banyak yang dijual murah ke pihak asing. Jelas SBY tidak berpihak kepada rakyat yang sudah memilihnya menjadi presiden, SBY membiarkan penindasan segolongan kecil manusia borjuis terhadap rakyat banyak yang berjuta-juta jumlahnya!
Sebagai negara yang mayoritas Islam tentunya SBY harus menghargai dan mendekati para Alim Ulama, seperti Umar bin Abdil Azis yang tidak menjauhinya dan selalu berkomunikasi dengan mereka sambil meminta fatwa-fatwa yang berharga dan bermanfaat bagi orang banyak, sedangkan SBY hanya menuruti petuah-petuah orang kafir kapitalis yang membuat negara Indonesia menjadi memburuk ! memainkan politik selicik dan seharam ajaran Machiavelli yang menghalalkan untuk melanggar janji dan bertentangan dengan perikemanusiaan juga agama. Meski saya juga mengetahui SBY membuat semacam Majalah Dakwah dan majelis Dzikir juga belasan buku tentang kepribadian sampai pemikiran SBY tapi tetap saja pada kenyataannya itu tidak banyak membantu pemerintahan SBY menjadi lebih baik. Karena Amar-makruf tanpa diiringi dengan nahi-mungkar adalah percuma, sedangkan nahi-mungkar tanpa menjalankan amar-makruf adalah hampa, dan ini yang dilakukan oleh Umar bin Abdil azis, disamping membasmi segala kemungkaran yang melekat sebagai kuman penyakit yang merusak tubuh negara dan masyarakat, beliau juga Membangun negara dengan nilai-nilai kebajikan dalam segala bidang kegiatan masyarakat.
Kepemimpinan dan Kepribadian
Sebuah pribahasa mengatakan, bagaimana keaadaan guru demikian juga muridnya, atau bagaimana kesenangan raja-raja begitu pula kesenangan rakyatnya. Atau dalam bahasa lain disebut : “An-nasu ‘ala dieni mulkhim” yang artinya Rakyat banyak itu menurut agama (sikap hidup Raja mereka. Dan kebenaran ucapan ini dapat dibuktikan pada keadaan rakyat di zaman Umar bin Abdil Azis dengan keadaan rakyat dibawah rezim SBY, kepribadian Umar bin Abdil Azis yang shaleh dan takqwa dengan latar belakang ibadah yang demikian tinggi mutunya mempengaruhi sekaligus menginspirasi rakyatnya untuk selalu berbuat kebaikan. Berbeda dengan kondisi rakyat dibawah kepemimpinan SBY, karena spiritualnya sangat lemah dan defisit akhlak sosial tidak bisa menjadi panutan rakyatnya, apalagi pejabat-pejabatnya, parlemen dibawah rezim SBY bukan berisi politisi cerdik dan penuh nyali, tapi dijejali dengan badut-badut yang pandai bermain sirkus, seperti yang dikatakan oleh Sa’di, “Jika raja makan sebuah apel dari rakyat, anak buahnya akan mencabuti semua pohonnnya, Orang zalim tidak selalu abadi, tetapi laknatnya akan terus lestari!”, maka jangan heran jika kebijakan yang diambil oleh SBY tidak berpihak kepada rakyat dan hanya membawa negara indonesia menjadi negara gagal urutan ke 60 pada tahun 2007, SBY hanya bisa membuat program-program populis dan jangka pendek, seperti salah satunya BLT (Bantuan langsung Tunai) yang ternyata setelah diungkap bahwa program itu ternyata bersumber dari utang luar negeri atau pinjaman pemerintah Indonesia kepada International Bank for Reconstruction and Development (IBRD), otomatis utang Indonesia semakin membengkak dan terbesar sepanjang sejarah yaitu sebesar Rp 1.667 triliun (pada bulan Januari 2009) atau tiap penduduknya menanggung beban utang negara sebesar Rp 7,7 juta per kepala. Inilah prestasi terbesar pemerintahan SBY!!! Kemakmuran dan keadilan yang merata pada masa SBY masih berupa mimpi dan janji-janji belaka, keadilan dan kebenaran ditentukan oleh siapa yang kuat-kuasa belaka, tanah-tanah rakyat banyak yang dirampas dan mulut mereka dikunci, sedangkan rakyat dibawah pemerintahan Umar bin Abdil Azis seolah-olah hidup di dalam ‘surga dunia’, demikian makmurnya rakyat ketika itu sehingga susah mencari orang yang fakir dan miskin untuk memberikan zakat kepadanya. Tak ada rampok dan rampas, tak ada aksi penodongan dan maling, tak ada pengemis, tak ada pelajar atau mahasiswa yang berdemonstrasi turun ke jalan, tak ada orang tua yang sedih karena diperas oleh biaya sekolah anaknya yang sangat mahal, tak ada sogok menyogok dan tak ada yang korupsi. Ya, tidak ada di ‘negara surga’ dibawah pimpinan seorang Khalifah teladan yang rendah hati dan shaleh itu, orang yang putus asa dan mengeluh sampai akhirnya beliau meninggal dengan tragis termakan racun yang sangat berbisa yang diberikan oleh lawan politiknya, beliau berpulang ke rahmatullah dalam usia yang masih muda menjelang usianya meningkat empat puluh tahun pada bulan Rajab 101 Hijriah di rumahnya yang sederhana di kota kerajaan Islam, Damaskus. Dengan harta peninggalan Cuma tinggal tujuh belas Dinar, padahal gaji menteri pada saat itu sampai bergaji tiga ratus dinar, dan harta peninggalannya itu kemudian dibagi-bagi untuk kepentingan peyelenggaraan pemakamannya, 5 dinar untuk kain-kafannya, dua dinar untuk tanah pekuburannya, sedang yang sepuluh Dinar sisanya itulah yang kemudian dibagi-bagikan untuk anaknya yang berjumlah sebelas orang.
Itulah beberapa perbandingan yang bisa kita jadikan bahan pembelajaran, Umar bin Abdil Azis dalam imajinasi kita dapatlah dilukiskan sebagai seorang malaikat yang dilahirkan Tuhan di muka bumi yang berwajah dan berpakaian manusia;diciptakan Allah sebagai duta penghubung antara langit dan bumi untuk membimbing umat manusia ke jalur yang lurus yang diridhai Tuhannya. Namun sayangnya ia tidak dijadikan contoh bagi SBY dalam hal mengelola pemerintahannya, SBY hanyalah seorang penguasa yang memerintah tanpa ilmu dan menggunakan tangan-tangan penjahat dalam menjalankan urusan negaranya.
Rasulullah saw sudah meramalkan akan kedatangan penguasa seperti ini, dan mengingatkan kita kepada kaum muslimin agar tidak mendukungnya, apalagi sampai menjadi pegawai dan staff ahli penguasa. Membantu dan mendukung mereka berarti ikut membantu kezhaliman dan memperkokoh penguasaan mereka kepada kaum muslim. Tapi kita juga tidak diperbolehkan untuk diam melihat keadaan yang ditimbulkan oleh penguasa yang tidak adil, kita harus berani berpihak kepada sesama saudara kita yang membutuhkan pertolongan, karena mengandalkan pemerintah dalam menyelesaikan berbagai penderitaan masyarakat tidak akan pernah efektif, jangan biarkan kesadaran akan fakta sosial kita menjadi lenyap, ajaklah semua orang untuk saling membantu, karena agama Islam bukan agama ritual, melainkan ‘cara hidup dan cara bertindak’, dan jadilah manusia sempurna yang memiliki kepekaan dan kepedulian atas ketimpangan yang dialami oleh sesamanya. [nas]

“Jangan bersandar dan merasa tenang
Kepada orang-orang yang zalim
Kepada para penindas, tiran yang meiliki kekuatan
Di bumi ini dan menindas hamba-hamba Allah
Dengan kekuatan mereka dan memperhambakan mereka
Kepada selain Allah
Jangan bersandar dan merasa tenang kepada mereka
Karena itu berarti restu dan pengakuan
Atas kemunkaran besar yang mereka lakukan itu
Serta ikut terlibat dalam dosa kemungkaran besar itu (Sayyid Qutb)